Jumat, 10 Mei 2013

Syirik

Syirik menurut bahasa adalah persekutuan. sedangkan menurut akidah islam adalah mempersekutukan atau menyamakan sesuatu dengan Allah SWT baik dalam dzat-Nya maupun sifatnya.

Dari aspeknya ada 2 macam syirik kepadaa Allah :
  1. Syirik dalam aspek uluhiyah, yaitu perasaan akan adanya kekuatan lain selain kekuasaan Allah SWT.
  2. Syirik dalam aspek rububiyah, yaitu mengambil sebagian hukum-hukum agama berupa penghalalan dan pengharaman dari sebagian manusia dengan meninggalkan wahyu.
Pertama, syirik dilakukan oleh kaum musyrikin Arab berupa penyembahan berhala-berhala dengan menjadikan mereka sebagai penolong dan pemberi syafaat disisi Allah. dalam surat At-Taubah ayat 31 Allah berfirman :

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan"

Kedua, syirik yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani yang menyembah Isa Almasih.

Macam syirik yang paling kuat adalah menjadikan selain Allah sebagai perantara antara dia dengan Allah. dalam Az-Zumar : 3 Allah berfirman:

 "Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar"

Dari segi nilainya :
  1. Syirik Akbar
  2. Ayirik Asghor
Bahaya Syirik Akbar
Menghancurkan semua perbuatan kebajikan yang telah diamalkanya. dalam surat Al-Anam ayat 88 :

"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan"

Orang yang berbuat syirik diharamkan masuk ke surga. dalam surat Al-Maidah : 72 :

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun."

Bertempat di neraka untuk selama-lamanya. dalam surat At-Taubah : 17

"Tidaklah layak orang-orang kafir musyrik itu memakmurkan (menghidupkan) masjid-masjid Allah, sedang mereka menjadi saksi (mengakui) akan kekufuran diri mereka sendiri. Mereka itu ialah orang-orang yang rosak binasa amal-amalnya dan mereka pula kekal di dalam neraka"

Sedangkan syirik asghor (kecil) adalah ria, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tabrani, Baihaqi dari mahmud bin Lubaid al anshori dengan isnad yang baik yang artinya :

"sesuatu yang paling aku takutkan meninmpa kamu adalah syirik asghor. lalu beliau Rasulullah SAW ditanya tentang syirik asghor, beliau menjawab itu adalah ria".

Syirik asghor tidak berakibat Riddah atau keluar dari agama islam tidak pula berakibat kekal di neraka. akan tetapi syirik asghor tidak sesuai dengan kesempurnaan tauhid yang diwajibkan.

Kamis, 09 Mei 2013

‘Ulumul Qur’an

Pengertian, Pertumbuhan dan Perkembanganya

Al-Qur’an Karim adalah mukjizat islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Para sahabat sangat antusias untuk menerima Al-Quran dari Raslullah, menghafalnya dan memahaminya serta selalu berusaha mengamalkan Qur’an dan memahami hukum-hukumnya.

Di riwayatkan dari Abu Hurairah as-Sulami, ia mengatakan :
“Mereka yang membaca Al-Quran kepada kami, seperti Usman bin ‘Affan dan Abdullah bin Mas’ud serta yang lain menceritakan bahwa mereka bila belajar dari Nabi s.a.w sepuluh ayat, mereka tidak melanjutkanya sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada di dalamnya. Mereka berkata : ‘Kami mempelajari Qur’an berikut ilmu dan amalanya sekaligus.’”

Rasulullah mengizinkan kepada sebagian sahabatnya untuk menulis hadist, tetapi hal yang berhubungan dengan Qur’an tetap didasarkan pada riwayat yang melalui petunjuk di zaman Rasulullah, di masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar r.a.

Kemudian datang masa kekhalifahan Usman r.a dan keadaan menghendaki untuk menyatukan kaum Muslimin pada satu mushaf. Mushaf itu disebut Mushaf Imam. Penulisan mushaf  tersebut dinamakan ar-Rasmul ‘Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman. Dan dianggap sebagai permulaan dari ‘Ilmu Rasmil Qur’an.

Kemudian datang masa kekhalifahan Ali r.a dan atas perintahnya,  Abul Aswad ad-Du’ali meletakan kaidah-kaidah Nahwu, cara mengucapkan yang tepat, baku dan memberikan ketentuan rakaat pada Qur’an. Ini juga dianggap sebagai permulaan ‘Ilmu I’rabil Qur’an.

Diantara para mufasir yang termasyur dari para sahabat adalah empat orang khalifah, kemudian Ibn Mas’ud, Ibn ‘Abbas, Ubai bin Ka’b. Zaid bin Sabit, Abu Musa al-Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.

Kata ‘ulum  jamak dari kata ‘ilmu. ‘ilmu berarti al-fahmu wal idrak (“Paham dan Menguasai”). Kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.

Jadi; yang dimaksud dengan ‘Ulumul Qur’an ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan  dengan Qur’an dari segi asbabun nuzul, “sebab-sebab turunya Qur’an”, pengumpulan dan penerbitan Qur’an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, an-nasikh wal mansukh, al-muhkam wal mutasyabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur’an. Terkadang ilmu ini dinamakan juga Usulut Tafsir (dasar-dasar tafsir), karena yang dibahas  berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seseorang mufasir sebagai sandaran dalam manfsirkan Qur’an.